Muhammadiyah telah lama hadir melalui Baitul tamwil Muhammadiyah (BTM), koperasi, dan program lazismu sebagai penyongsong ekonomi akar rumput. Namun, untuk sungguh sungguh memajukan kesejahteraan bangsa di abad ke-21, kontirbusi ekonomi Muhammadiyah harus bertranfortasi dari sekedar pembayaran konvensional menjadi penggerak ekosistem digital terpadu yang berbasis syahriah.
Di tengah tantangan kontemporer seperti ini kesenjangan social- ekonomi yang melebar, ancaman perubahan iklim, dan laju disrupsi teknologi, peran Muhammadiyah harus lah bertransformasi. Kontribusi persyarikatan tidak boleh lagi terbatas pada layanan social konvensional,. Tetapi harus meningkatkan menjadi pergerakan inovasi social-ekonomi yang adaftif dan berkelanjutan, selaras dengan dicita citakan Muhammadiyah adalah kesejahteraan paripurna, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Muhammadiyah memiliki modal social dan asset yang luar biasa: jaringan amal usaha Muhammadiyah ( AUM ), yang membentang dari sabang sampai Merauke, mencakup universitas, rumah sakit, dan sekolah, setiap AUM mempresentasikan titik potensial pergerakan ekonomi. Bayangkan, jika seluruh kantin sekolah/ kampus Muhammadiyah, seluruh pengadaan logistic rumah sakit, dan seluruh dana xakat/infak lazismu terintegrasi dalam satu platform digitial yang di kelola oleh organisasi, akan tercipta rantai pasok ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Intergrasi E-provurement AUM: muhammdiyah perlu menciptakan system pengadaan figital ( e-procurement) yang berpusat. System ini akan memprioritaskan produk dari usaha mikro, kecil dan menengah ( UMKM) binaan BTM atau kadder Muhammadiyah. Dengan demikian, aser AUM tidak hanya melayani masyarakat, tetapi juga menjadi pasar raksasa yang menggerakan perekonomian anggota dan masyarakat.
Literasi keuangan dan kewirausahaan digital: perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘aisyiyah ( PTMA ) harus me njadi garda terdepan dan mengembangkan wirausaha digital. Kurikulum akan berfokus pada pengembangan usaha rintisan berbasis solusi social dan teknologi ( seperti fintech syahriah, edutech. Atau agritech) ytang dapat mengatasi kesenjangan ekonomi.
Di momentum milad ke-133, komitmen penceraahan harus di transforasikan menajadi aksi nyata digital, terintegrasi, dan berkelanjutan. Dengan sinergi seluruh aum dan partisipasi aktif dari kalangan generasi Z sebagai pewaris persyarikatan, Muhammadiyah akan terus menjadi model perkegrakan islam yang sejati, gerakan yang buka hanya sekedar bicara iman, melainkan bukti amal untuk kemaslahatan seluruh umat dan bangsa.
Filatropi berbasis blockchain: lazismu dapat mengadopsi teknologi clockchain atau system digitalisasi dana transparan. Hal ini krusial untuk mengingatkan akuntabilitas dan kepercayaan public, memastikan setiap rupiah donasi ( zakat, infaq sedekah ) tersalur secara efisien dan cepat menuju program pemnanggulangan kemiskinan dengan dampak yang terstruktur. Melalui lompatan digital ini, Muhammadiyah tidak hanya meningkatkan kesejahteraan anggotanya, tetaoi juga menyediakan model konktret ( protoripe) bagi bangsa tentang bagaimana gerakan social keagamaan dapat menjadi pilar utama dalam membangun ekonomi yang adil, inklusif dan sesuai dengan syariah. Inilah cara paling progresif bagi Muhammadiyah untuk memperkuat kesejahteraan bangsa di era disrupsi.
Penulis : Jumaidi Ahirin
Telah diterbitkan di Website Pusat Studi dan Inovasi Universitas Muhammadiyah Gersik sebagai peserta lomba opini dalam Rangka Milad Muhammadiyah ke-113.
.jpg)
Posting Komentar